Tuesday, October 28, 2014

Pertemuan 3 [Silogisme] (8/10/2014)

Silogisme

Definisi Silogisme

-Silogisme = suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis2) disimpulkan suatu putusan yg baru.
-Prinsip: bila premis benar, maka simpulannya benar.
-Dua macam silogisme: silogisme kategoris dan silogisme hipotetis.

Catatan Untuk Silogisme

Tentukan lebih dulu simpulan. Ciri- ciri nya lewat kata-katakarena itumaka dari situ, dll.
Bila kesimpulan sdh dirumuskantentukan alasannyaAlasan ini menunjuk pada M (Term Menengah).
Bila S dan P sdh diketahui dalam simpulansusunlah silogisme yang terdiri daro 3 bagiansimpulan (S-P), Premis minor (yang mengandung  S dan M), dan premis mayor (titik tolak penalarandimana ada P dan M).

Silogisme Kategoris

Arti: silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).Contoh:
M – P  Perbuatan jahat itu haram. S – M Menghina itu adalah perbuatan jahat.  S – P  Maka, menghina itu haram.
àBila penalaran baik, silogisme memperlihatkan alasan dan dasarnya.

Silogisme kategoris tunggal: mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term S, P, M.

Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal:
(1) M adalah S dalam premis mayor dan P dlm permis minor.

Aturan: premis minor harus sebagai penegasan, sedang premis mayor bersifat umum.
Contoh:
M – P Setiap manusia dapat mati (mayor)
   S – M Aristoteles adalah manusia (minor)
     S – P Jadi, Aristoteles dapat mati (simpulan)
(2) M jadi P dalam premis mayor dan minor.

Aturan: salah satu premis harus negatif. Premis mayor bersifat umum.
Contoh:
P – M Lingkaran adalah bentuk bundar (mayor).
  S – M Segitiga bukan bentuk bundar (minor)
   S – P Segitiga bukan lingkaran (simpulan)
(3) M menjadi S dalam premis mayor dan minor.

Aturan: premis minor harus berupa penegasan  dan simpulannya bersifat partikular.
Contoh:
  M - P Mahasiswa itu orang dengan tugas belajar (Mayor)
    M - S Ada mahasiswa yang orang bodoh (minor)
      S - P Jadi, sebagian orang bodoh itu orang dengan tugas belajar (Simpulan)
(4) M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor.

Aturan: premis minor harus berupa penegasan, sedangkan  Simpulan bersifat partikular.
Contoh:
  P – M Influenza itu penyakit (mayor)
    M - S Semua penyakit mengganggu kesehatan (minor)
      S - P  Jadi, sebagian yang mengganggu kesehatan itu influenza (simpulan)

Silogisme Kategoris Majemuk: bentuk silogisme yang premis - premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis


Epicherema: silogisme yang salah satu/kedua premisnya disertai alasan.
Contoh:
  Semua arloji bermutu adalah arloji mahal, karena sukar pembuatannya.
  Arloji Mido itu adalah arloji baik, karena selalu tepat dan awet.
  Jadi, arloji Mido adalah arloji mahal.

Enthymema: silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis/simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat
Contoh:
Jiwa manusia adalah rohani. Jadi, tidak akan mati (versi singkat).
  Versi lengkap: Yang rohani itu tidak akan dapat mati.
  Jiwa manusia adalah rohani.
  Maka, jiwa manusia tidak akan dapat mati.

Polisilogisme: deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
Contoh:
Seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki, merasa tidak puas.

  Seseorang yang rakus adalah seseorg yang menginginkan lebih dari yg dimiliki.

    Jadi, seseorang yang rakus merasa tidak puas.

Seseorang yang kikir merasa tidak puas.

   Budi adalah seseorang yang kikir.

      Jadi, Budi merasa tidak puas.

Sorites: silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan - putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehingga predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan berikutnya.
Contoh:
  Orang yang tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu barang.

    Orang yang menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya.

      Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tentram hatinya.

        Jadi orang yang tidak mengendalikan keinginannya, tidak tentram hatinya.

Hukum Silogisme Kategoris (tentang isi dan luas S dan P)

Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga term (S, M, P). Kurang dari tiga berarti tidak ada silogisme. Lebih dari tiga term artinya tidak ada perbandingan. Ketiga term tetap sama artinya. Dalam silogisme S dan P disatukan oleh perbandingan masing - masing dengan M.
M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term - term.
Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis - premisnya. Jika S dan P dalam premis partikular, maka dlm simpulan tidak boleh universal.
Bila dilanggar akan terjadi latius hos (menarik simpulan yg terlalu luas).
Contoh:
Semua lingkaran bulat.
Semua lingkaran itu gambar.
Maka, Semua gambar itu bulat. (Simpulan salah).

Diambil dari: PPT

0 comments:

Post a Comment