Thursday, October 16, 2014

Friedrich Nietzsche

Biografi


Friedrich Nietzsche (1844–1900) adalah tokoh filsafat dari Jerman yang menantang dasar –dasar keagamaan Kristen dan moralitas tradisional. Ia tertarik dengan pengembangan individual dan kesehatan kebudayaan, ia mempercayai kehidupan, kreativitas, kekuatan, dan realita – realita dunia yang kita hidupi dibandingkan dunia selanjutnya. Pusat pemikiran filsafat Nietzsche adalah ide “life-affirmation,” dimana dipertanyakannya berbagai macam doktrin yang menghisap energi kehidupan, betapapun umumnya pandangan – pandangan tersebut. Filsafat Nietzsche menginspirasikan berbagai tokoh – tokoh pemimpin di segala macam profesi, termasuk penari, novelis, pelukis, psikologis, filsafat, sosiologis, dan revolusioner sosial.

Friedrich Nietzsche dilahirkan di desa Röcken bei Lützen dalam Jerman pada tanggal 15 Oktober 1844. Tanggal lahirnya bersampingan dengan ulang tahunnya Raja Prussia yang ke 49, Friedrich Wilhelm IV, dimana ia diberikan nama yang sama.





Paman dan kakek Nietzsche adalah pastur Lutheran cabang Kritianitas barat yang mendekati teologi Martin Luther, dimana kakek kandung Nietzsche, Friedrich August Ludwig Nietzsche (1756–1826), menjadi terkenal sebagai sarjana Protestan setelah salah satu bukunya menegaskan kekekalan kelangsungan Kristianitas.

Saat Nietzsche mendekati usia 5 tahun, bapaknya, Karl Ludwig Nietzsche (1813-1849) meninggal akibat penyakit otak dan enam bulan kemudian, pada tanggal (January 4, 1850) adik Nietzsche, Ludwig Joseph, yang berumurkan dua tahun pun juga meninggal. Tragedi – tragedi ini menyebabkan keluarga Nietzsche (yang juga dipanggil “Fritz” oleh keluarganya) meninggalkan tempat tinggal mereka, dimana mereka berpindah ke dekat Naumburg an der Saale, dimana ia tinggal dengan ibu, nenek, tante –tante, dan adik perempuannya.

Pada umur 14 sampai 19 tahun (1858–1864), Nietzsche menghadiri pesantren ternama, Schulpforta, yang terletak sekitar 4km dari rumahnya di Naumburg, dimana ia mempersiapkan dirinya untuk perkuliahan. Pada musim panas di Naumburg, Nietzsche memimpin klub musik dan literatur kecil bernamakan “Germania”. Ia pun membaca penulisan romantic Jerman oleh Friedrich Hölderlin dan Jean-Paul Richter, yang juga diiringi dengan buku kontroversial demythologizing David Strauss Life of Jesus Critically Examined (Das Leben Jesu kritisch bearbeitet, 1848).


Setelah lulus dari Schulpforta, Nietzsche masuk University of Bonn pada tahun 1864 sebagai pelajar teologi dan filologi, dan ketertarikannya kemudian lebih memberat ke arah filologi — suatu disiplin atau pengajaran yang berpusat terhadap interpretasi penulisan klasik dan biblical. Sebagai pelajar filologi, Nietzsce mendatangi perkuliahan oleh Otto Jahn (1813–1869) dan Friedrich Wilhelm Ritschl (1806–1876).

Terinspirasi oleh Ritschl, ia mengikuti jejaknya dan masuk ke University of Leipzig pada tahun 1865 — sebuah institusi yang terletak lebih dekat dengan kampung halamannya Naumburg — Nietzsce dengan cepat medirikan reputasi akademiknya melalui essay –essaynya mengenai dua penyair abad ke 6, Theognis dan Simonides, juga tentang Aristoteles. 

Peristiwa penting yang terjadi pada Nietzsche di tahun 1865 adalah ditemukannya buku The World as Will and Representation (1818) oleh Arthur Schopenhauer's secara tidak sengaja di toko buku lokal. Saat itu dia berumurkan 21 tahun. Pandangan dunia Schopenhauer yang ateistik dan bergelora, juga disertai pujian tingginya music sebagai bentuk seni, menangkap imajinasi Nietzsche. Setelah menemukan Schopenhauer, Nietzsche membaca History of Materialism and Critique of its Present Significance (1866) — buku yang mengkritisasi teori materialis dari sudut pandang kritik Kant tentang metafisika, dan ini menarik perhatian Nietzsche terhapad pandangan bahwa spekulasi metafisik adalh sebuah ekspresi ilusi puitis.

Pada tahun 1867, seiring mendekati ulang tahun ke 23 nya, Nietzsche memasuki servis militer wajibnya dan ditugaskan di resimen artileri berkuda dekat Naumburg. Ia mengalami cedera serius di dada dan diberikan izin sakit karena tidak sembuh- sembuh. Ia kembali ke University of Leipzig setelah kejadian itu berlalu, dan pada bulan November 1868, ia bertemu dengan Richard Wagner (1813–1883).




Wagner dan Nietzsche mempunyai entusiasme yang sama tentang Schopenhauer, dan Nietzsche — yang telah mengkomposisi piano, paduan suara, dan music orchestra semenjak remaja — mengagumi kejeniusan Wagner tentang music, kepribadian, dan pengaruh kebudayaannya. Hubungan Nietzsche-Wagner mendekati kekeluargaan dan terkadang heboh, hal ini sangat berdampak terhadap Nietzsche: dimana ia menulis pada tahun 1869 bahwa pertemanannya dengan Wagner adalah “greatest achievement” [die größte Errungenschaft] di kehidupannya. Dalam beberapa bulan semenjak ia bertemu Wagner, Ritschl merekomendasikan Nietzsche untuk posisi profesional fakultas filologi klasikal di University of Basel. Ia mulai mengajar disana pada bulan Mei, 1869, saat berumur 24 tahun.

Komplikasi terhadap kesehatan Nietzsche, yang dari awal tidak terlalu baik, memburuk setelah tugasnya pada Agustus-Oktober 1870 sebagai petugas rumah sakit selama perang Franco-Prussian (1870-71), dimana ia berpartisipasi dalam penyerangan Metz.Ia menyaksikan efek – efek traumatis perang, merawat prajurit – prajurit yang terluka, dan ia terkena penyakit difteri dan disentri.
Antusiasme Nietzsche tentang Schopenhauer, pembelajarannya dalam bidang filologi klasikal, inspirasinya dari Wagner, pembacaan Lange, ketertarikannya terhadap kesehatan, keinginannya untuk membuktikan dirinya sebagai akademis muda, dan frustasinya terhadap kebudayaan kontemporer Jerman, terpadu dalam buku pertamanya  — The Birth of Tragedy (1872) — yang diterbitkan ketika ia berumur 27 tahun. Wagner sangat memuji buku itu, tetapi reaksi kritik oleh Ulrich von Wilamowitz-Möllendorff  — seorang sarjana yang akan menjadi salah satu tokoh filologi Jerman — (1848-1931) yang sangat tajam, menyakitkan, namun berkuasa, langsung memahitkan resepsi buku dan juga pendaftaran – pendaftaran pelajar kelas Nietzsche di Basel.

Dekat dengan akhir karir universitas, Nietzsche menyelesaikan Human, All-Too-Human (1878) — buku yang menandakan puncak ragam filsafatnya dan juga akhir pertemanannya dengan Wagner yang bersifat anti-Semitic —ini berartikan sifat diskriminasi terhadap kaum Yahudi, dimana ia terserang karena karakterisasi “the artist” yang hampir tidak tersamarkan. Kondisi kesehatan  Nietzsche  yang memburuk menyebabkannya untuk mengundurkan diri dari universitas pada bulan Juni 1879, ketika ia berumur 34 tahun.


 Dalam tahun – tahun nomaden (1880-1889) dimana Nietzsche berpindah –pindah tempat tanpa status kewarganegaraan, ia menciptakan berbagai macam karya utamanya, yang termasuk Daybreak(1881), The Gay Science (1882/1887), Thus Spoke Zarathustra (1883–85), Beyond Good and Evil(1886), and On the Genealogy of Morals (1887). Nietzsche's final active year, 1888, saw the completion of The Case of Wagner (Mei-Agustus 1888), Twilight of the Idols (Agustus-September 1888), The Antichrist (September 1888), Ecce Homo (Oktober-November 1888) dan Nietzsche Contra Wagner (Desember 1888).

Pada pagi hari 3 Januari, 1889, ketika sedang di Turin, Nietzsche mengalami mental breakdown yang membuatnya menjadi cacat seumur hidupnya.  Setelah rawat inap singkat di Basel, ia dirawat di sanatorium Jena dalam Binswanger Clinic, dan pada bulan Maret 1890 ibunya membawanya pulang ke Naumburg, dimana ia hidup dirawat ibunya, Franziska (1826–1897) , selama tujuh tahun dalam rumah yang ia kenali saat ia muda. Setelah ibunya meninggal pada tahun 1897, adiknya, Therese Elisabeth Alexandra (1846–1935), setalah pulang dari Paraguay di tahun 1893, dimana ia bekerja dari tahun 1886 bersama suaminya Bernhard Förster untuk mendirikan koloni Jerman anti-Semitic yang dinamakan “New Germany” (“Nueva Germania”) — bertanggung jawab atas keselamatan Nietzsche. Dalam rangka mempromosikan filsafat kakaknya, ia menyewa “Villa Silberblick,” sebuah rumah besar di Weimar, dan memindahkan Nietzsche dan kumpulan naskahnya ke rumah itu. Rumah ini menjadi Nietzsche Archives, dimana Elisabeth menerima tamu yang ingin mengobservasi Nietzsche, yang saat itu sudah lumpuh.

Nietzsche meninggal pada tanggal 25 Agustus, 1900, dimana ia mendekati umur 56 tahun. Ia meninggal dikarenakan pneumonia yang terkombinasi dengan stroke. Badannya di pindahkan ke pemakaman keluarganya, yang berada di sebelah gereja Röcken bei Lützen, dimana sekarang ibu dan adiknya juga dimakamkan. Villa Selberblick sekarang telah menjadi museum, dan semenjak 1950, naskah – naskah Nietzsche telah dipindahkan ke Weimar di Goethe- und Schiller-Archiv.

Pendapat Terkenal dan Lawan Tanggapan


Tanggapan paling terkenal oleh Nietzsche adalah pernyataan yang diutarakan di dua buku karyanya, dan pernyataan itu adalah “God is dead.” Penangkapan makna pernyataan ini seringkali di salah pahamkan untuk berartikan bahwa Tuhan itu benar – benar sudah mati atau sudah sudah tiadanya Tuhan dalam arti literal. Namun, pernyataan tersebut dipertunjukkan untuk ketergantungan dunia barat terhadap religi sebagai pedoman moral atau sumber makna. Seperti yang ia jelaskan di karyanya The Gay Science (Section 125, The Madman):

“God is dead. God remains dead. And we have killed him. How shall we comfort ourselves, the murderers of all murderers? What was holiest and mightiest of all that the world has yet owned has bled to death under our knives: who will wipe this blood off us? What water is there for us to clean ourselves? What festivals of atonement, what sacred games shall we have to invent? Is not the greatness of this deed too great for us? Must we ourselves not become gods simply to appear worthy of it?”

Dari yang terkutip, karya Nietzsche mengekspresikan keprihatinannya terhadap surutnya religi dan bertumbuhnya ateisme, dan tanpa keberadaan sosok kekuasaan yang bermoral lebih tinggi maka dunia akan terjerumus dalam kekacauan. Pernyataan Nietzsche ini mendorong berbagai macam tanggapan dari lawan – lawannya yang lebih religis, dan kemudian para eksistensialis. Seperti Albert Camus, yang berpendapat bahwa manusia tidak perlu kekuasaan yg lebih tinggi. Ia berargumen bahwa “kematian” Tuhan tidak ada hubungannya dengan kemampuan manusia untuk bermoral. Manusia tidak memerlukan rasa takut terhadap ancaman dari pihak kuasa yang lebih tinggi atau murka ilahi untuk menjalani hidup yang baik dan bermoral.

Pernyataan “God is dead” muncul dalam karya:
·         The Gay Science (Sections 108, 125 and 343)
·         Thus Spoke Zarathustra (Prologue and XXV)


Pelajaran dan Pendapat Tentang Tokoh


Nietzsche adalah orang yang bersemangat mencari ilmu, sehingga ia merasa tertantang untuk membuktikan dirinya dan juga dapat mencari inspirasi – inspirasi untuk membantunya, tidak kah itu dari temannya sendiri seperti Wagner, guru kuliahnya seperti Ritschl, maupun buku yang tidak sengaja ia temukan dan akhirnya mendapatkan inspirasi dari sang penulis seperti Schopenhauer. Ia pun tidak takut mempertanyakan apa yang telah di terima umum oleh masyarakat.

Ketika ia mengundurkan diri dari universitas, ia berkarya lebih banyak lagi walau situasi hidupnya saat itu bisa dibilang tidak ideal. Dan ketidak takutannya untuk mengungkapkan pikiran di dalam karya – karyanya walau salah satu akibat dari itu ia kehilangan salah satu teman terbaiknya.

Nietzsche memang tokoh yang sangat menarik, kehidupannya penuh pengalaman tragedis yang mengkomplikasikan kesehetannya sendiri, tetapi ia selalu teguh bertanggapan dengan apa yang ia percayakan, dan ia banyak berkarya sebagai outlet pendangan dan perasaannya. Statement paling terkenalnya pun, “God is dead”, sangat menarik, karena ia dibesarkan di lingkungan religis hingga iapun sempat mempelajari teologi walau akhirnya ia memilih untuk menguasai filologi. Pernyataan tersebut menurut saya sangat kontroversial karena memang mayoritas manusia di bumi memegang religi sebagai pedoman, sehingga ketika masyarakat mendengar pernyataan itu mereka terpicu untuk memikirkan dan mengutarakan berbagai macam pemikiran dan pendapat yang mereka miliki.


Daftar Pustaka


Wicks, Robert, "Friedrich Nietzsche", The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Spring 2013 Edition),Edward N. Zalta (ed.), Web. 15 Oct. 2014.  http://plato.stanford.edu/archives/spr2013/entries/Nietzsche/.

"God Is Dead." Friedrich Nietzsche: '' { Philosophy Index }. Web. 15 Oct. 2014. http://www.philosophy-index.com/nietzsche/god-is-dead/

"Friedrich NietzscheGod Is Dead Quote." God Is Dead Friedrich Nietzsche Death of God Quotes. Web. 15 Oct. 2014. http://www.age-of-the-sage.org/philosophy/friedrich_nietzsche_quotes.html


"FRIEDRICH NIETZSCHE (1844–1900)." SparkNotes. SparkNotes, Web. 15 Oct. 2014. http://www.sparknotes.com/philosophy/nietzsche/

4 comments:

  1. halo Ado, menurut anda benarkah pernyataan "God is dead" dari Friedrich Nietzsche?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kurang setuju Van. Soalnya menurut dia, tanpa Tuhan atau konsep Tuhan dunia akan terjadi kekacauan di dalam masyarakat. Kalo ditanya si aku lebih setuju sama Albert Camus walaupun sama dia pun gak 100% setuju.

      Thanks for the question!

      Delete
  2. Isinya menarik, menambah pengetahuan saya tentang ketuhanan, terlebih tentang pendapatnya yg terkenal bahwa 'God is dead'. terimakasih :)

    ReplyDelete
  3. Bagus.. saya jadi lebih tahu tentang Friedrich Nietzsche. Terima kasih :)

    ReplyDelete