Veritas

“Veritas” yang berartikan Truth atau Kebenaran, dimana segala macam hal kita pertanyakan kebenarannya sehingga mendapatkan kebenaran yang ada di akar kebenaran lain.

Get To Know Me

Gamer, student, friend.

Philosophy Figures

Learn about philosophy figures through their brief history.

Sunday, January 25, 2015

Abstract, Paraphrasing, Quotation, and Plagiarism

Dalam penulisan ilmiah banyak rincian yang perlu diperhatikan agar penulisan tepat, mudah dibaca, dan tidak meniru karya penulis lain. Untuk mempermudah pembaca untuk mengerti apa isi dalam sebuah penulisan ilmiah, ada yang dinamakan dengan Abstrak. Untuk menghindari plagiat maka penulis dapat menggunakan Parafrase ataupun Kutipan. Di dalam post ini, saya akan menjelaskan apakah yang dimaksud dengan hal - hal tersebut menurut APA style (American Psychological Association).

Abstract

Abstrak adalah ringkasan dari seluruh isi penulisan ilmiah yang diletakkan setelah Title Page untuk mempermudah pembaca dalam mengetahui apa isi penulisan tersebut. Penulisan abstrak sebaiknya dilakukan dengan batasan 150 - 250 kata.

Abstrak ini terbagi menjadi beberapa point yang sebaiknya dimasukkan agar pembaca dapat langsung mengerti apa yang disampaikan oleh penulisan tersebut, hal - hal tersebut adalah:


  • Obejctive/Tujuan
  • Methods/Metode
  • Subjek Studi
  • Hasil
  • Kesimpulan
  • Keywords


Paraphrase

Parafrase adalah peringkasan dan penyaringan inti dari ide atau pernyataan yang terdapat pada karya penulis lain menggunakan kata - kata sendiri.

Contoh:

Pernyataan dan ide dari sumber:
Students frequently overuse direct quotation in taking notes, and as a result they overuse quotations in the final [research] paper. Probably only about 10% of your final manuscript should appear as directly quoted matter. Therefore, you should strive to limit the amount of exact transcribing of source materials while taking notes. Lester, James D. Writing Research Papers. 2nd ed. (1976): 46-47.
 Parafrase yang dapat digunakan:
In research papers students often quote excessively, failing to keep quoted material down to a desirable level. Since the problem usually originates during note taking, it is essential to minimize the material recorded verbatim (Lester 46-47).
Ringkasan:
Students should take just a few notes in direct quotation from sources to help minimize the amount of quoted material in a research paper (Lester 46-47).
Penulisan yang dianggap plagiat:
Students often use too many direct quotations when they take notes, resulting in too many of them in the final research paper. In fact, probably only about 10% of the final copy should consist of directly quoted material. So it is important to limit the amount of source material copied while taking notes.
Contoh diambil dari: https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/619/1/

Semua parafrase harus disertakan citation pada akhir pernyataan.

Quotation

Kutipan adalah suatu pernyataan atau tanggapan yang diambil langsung dari sumbernya tanpa diubah sama sekali. Kutipan harus menggunakan tanda kutip (") pada awal dan akhir pernyataan, kecuali untuk pengutipan pernyataan yang melebihi 40 kata. Jika melebihi 40 kata, maka harus menggunakan Block Quotation. Semua bentuk kutipan harus memiliki citation yang mengiringinya.

Plagiarism

Plagiat adalah penggunaan suatu pernyataan yang diambil dari sebuah sumber tanpa memberikan kredit (citation) kepada penulis asli pernyataan tersebut, secara sengaja maupun tidak sengaja.

Plagiat dapat dihindari dengan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan parafrase dan kutipan besertakan citation, juga menggunakan daftar pustaka/references pada penulisan,


Sunday, January 18, 2015

Social Anxiety Disorder

Di dalam paper ini dijelaskan secara umum apakah yang dimaksud dengan social anxiety disorder (SAD), dan bagaimana gejala - gejala, diagnosa, dan pengobatan yang dapat dijalani individu dengan SAD.

Download : Social Anxiety Disorder

Wednesday, January 14, 2015

Review “The Psychologist’s Companion: Content, Language, and Style”


Content, Language, and Style

            Dalam bab ini kita akan membahas cara membuat penulisan yang menarik dan dapat diterbitkan dengan mudah. Selain bersubstansi, penulisan juga harus mudah dibaca, berbagai cara penulisan yang baik telah kami bagikan menjadi tiga bagian: Part 1 akan menjelaskan tentang bagaiman cara membuat karya tulis yang menarik dan persuasif, dalam Part 2 kita akan membahas tentang gaya penulisan, dan Part 3 akan membahas tentang bahasa dan tata bahasa.

Panduan Isi

  1. Tegaskanlah dengan baik permasalahan yang akan dibahas, kemudian aturlah artikel yang akan dibuat berdasarkan permasalahan tersebut.
  2. Mulailah dengan kuat.
  3. Perjelaskan dari awal apa kontribusi baru dan berharga dalam artikel yang dibuat, dan pastikan bahwa anda benar.
  4. Beritahu para pembaca mengapa mereka seharusnya tertarik.
  5. Pastikan artikel berhasil menghasilkan tujuan yang ingin dicapai.
  6. Pastikan ulasan literatur yang ada itu fokus pada topik, lengkap, dan seimbang.
  7. Perjelaskan mengapa karya anda mengembangkan dari karya yang lain.
  8. Cek penjabaran dan analisis data.
  9. Selalu jelaskan apa yang dimaksud dari hasil yang ada – jangan paksa pembaca untuk menjabarkan sendiri.
  10.  Pastikan kesimpulan anda sesuai dengan data.
  11. Perjelas batasan – batasan yang ada dari karya anda.
  12. Pastikan anda mempertimbangkan penjabaran alternatif dari data.
  13. Akhiri dengan kuat dan pernyatakan pesan yang seharusnya ditangkap pembaca.





Tegaskanlah dengan baik permasalahan yang akan dibahas, kemudian aturlah artikel.

Terkadang susah menemukan apakah permasalahan yang ingin diselesaikan oleh penuls. Fenomena ini dapat terjadi saat penulis tidak mengetahui apakah permasalahan yang seharusnya diselesaikan dalam  artikel. Menjelaskan dan menegaskan dengan baik permasalahan adalah tanggung jawab sang penulis.
Setelah permasalahan ditegaskan, aturlah artikel yang akan dibuat sesuai dengan topik dan permasalahan. Artikel yang terfokuskan dan terorganisir dengan baik akan memiliki keuntungan dalam proses pengulasan.

Mulailah dengan kuat.

            Memulai artikel dengan kuat dapat dilakukan dengan dimulai menggunakan pertanyaan atau menyatakan permasalahan yang bersangkutan. Beritahukan pembaca tentang isi artikel dengan cara yang menarik dan menangkap perhatian.

Perjelaskan dari awal apa kontribusi baru dan berharga dalam artikel yang dibuat, dan pastikan bahwa anda benar.


            Salah satu alasan utama mengapa artikel jurnal di tolak oleh penerbit dikarenakan kurangnya informasi baru. Maka pertanyakanlah pada diri anda apa yang baru dan berharga dalam artikel dan pastikan jelas pada awal artikel.

Beritahu para pembaca mengapa mereka seharusnya tertarik.


            Pastikan anda memikirkan para pembaca saat menjelaskan mengapa artikel anda menarik. Jika anda bisa menghubungkan arikel anda dengan kepentingan pembaca maka mereka akan lebih tertarik untuk memperhatikan artikel tersebut.

Pastikan artikel berhasil menghasilkan tujuan yang ingin dicapai.

 

            Banyak artikel yang ditolak karena tidak dapat menepati janji dan tujuan yang diterakan dalam artikelnya. Maka pastikan isi artikel sesuai dengan tujuan yang ada, seperti dengan mengikuti teori yang sudah di presentasikan untuk sebuah eksperimen. Pastikan bobot artikel anda menyampaikan apa yang anda telah capai, bukan apa yang anda ingin capai.

Pastikan ulasan literatur yang ada itu fokus pada topik, lengkap, dan seimbang.


Reviewers tidak suka dengan sebuah artikel yang berat sebelah dalam opini, terutama saat mengutip karya lain, karena tidak semua reviewers akan memiliki opini yang sama dengan yang anda tunjukkan. Pastikan ulasan yang anda buat lengkap dan sesuai dengan jaman, tapi terfokus dan tepat sehingga meliputi tetapi tidak menutupi apa yang anda pelajari. Seimbang dalam memasuki pengutipan yang mendukung artikel anda dan juga artikel yang mempunyai pendapat berbeda.

Perjelaskan mengapa karya anda mengembangkan dari karya yang lain.


            Dalam membuat artikel, karya yang anda buat pasti meliputi, berbasis, dan mengembangkan karya dari penelitian lain. Maka pastikanlah anda memberikan kredit terhadap penelitian yang membantu anda dalam membuat artikel. Sangat disarankan untuk mengutip hasil karya yang tidak lebih tua dari 10 tahun. Lebih baru suatu penelitian yang dikutip maka akan memastikan bahwa anda tidak tertinggalkan zaman dalam penelitian yang telah diterbitkan.


Cek penjabaran dan analisis data.


            Dalam penulisan artikel, salah satu hal terpenting untuk dilakukan adalah memastikan data yang digunakan sesuai dan tepat dengan yang ditunjukkan. Selain itu pastikan  penjabaran dari data yang ada menggambarkan dengan benar tujuan dari artikel anda.

Selalu jelaskan apa yang dimaksud dari hasil yang ada – jangan paksa pembaca untuk menjabarkan sendiri.


            Jangan biarkan interpretasi hasil anda tidak terelaskan. Jelaskanlah dengan baik interpretasi anda secara dasar dan mudah dimengerti, sehingga pembaca dapat mengingat dengan mudah informasi yang didapatkan.

Pastikan kesimpulan anda sesuai dengan data.


            Dengan menyesuaikan kesimpulan dengan data yang ada, maka anda akan memberikan kesan yang baik kepada para reviwers. Jika anda memang ingin memasukkan spekulasi tentang data yang tidak terliputi, maka pastikan spekulasi dan ide anda dimasukkan dalam bagian “Discussion” artikel tersebut.

Perjelas batasan – batasan yang ada dari karya anda.


            Dalam bagian “Discussion” sebuah artikel, perjelas bahwa penelitian anda mempunyai batasan – batasan. Karena reviewers dan pembaca menghargai kejujuran. Reviewers akan berkemungkinan lebih kecil untuk menunjukka kekurangan yang ada dalam artikel anda jika mereka mengetahui bahwa anda mengerti batasan – batasan yang terdapat dalam karya anda.


Pastikan anda mempertimbangkan penjabaran alternatif dari data.


            Data tidak ada yang tegas. Sebuah data pasti dapat ditemukan interpretasi lain jika diberikan waktu yang cukup, maka dibandingkan orang lain yang menjelaskan tentang interpretasi lain yang ada di dalam data, lebih baik anda sendiri yang mencoba menjelaskan bahwa hasil data mempunyai interpretasi lain itu. Reviewers akan menghargai kejujuran anda bahwa data anda berkemungkinan mempunyai makna yang lain.

Akhiri dengan kuat dan pernyatakan pesan yang seharusnya ditangkap pembaca.


            Pastikan para pembaca mengingat apa yang anda ingin mereka ingat pada akhir artikel. Lakukanlah dengan singkat, menarik, baik, dan jelas.



Panduan Style


  1. Karya anda harus menarik, informatif, dan  membujuk para pembaca.
  2. Jangan berfokuskan pada diri anda.
  3. Tulislah untuk para pembaca.
  4. Tekankan aliran logis dan kerapian struktur karya tulis.
  5. Tulis dengan kreatif dan berikan contoh yang konkret.
  6. Tulislah kalimat – kalimat dengan jelas, mudah dibaca, dan ringkas.
  7. Gunakan kalimat yang mudah dimengerti.
  8. Gunakan peryataan –peryataan berkesimpulan.
  9. Gunakan transisi.
  10. Hindari penyimpangan.
  11. Hindari penjelasan secara berlebihan.
  12. Jangan berasumsikan pembaca mengerti apa yang dibaca atau mengenali penyingkatan kata – kata dan istilah.
  13. Tulis secara luas dan lebih sederhana sehingga mudah dibaca oleh yang berpengetahuan tidak seluas anda.
  14. Hindari pernyataan yang berlebihan.
  15. Hindari pengulangan yang tidak berguna.
  16. Jangan mengatakan bahwa hasil anda “menarik” atau “penting”.
  17. Berikan sumber, termasuk sumber penemuan.
  18. Jangan akhiri artikel anda dengan “Masih perlu dilakukan penelitian”
  19. Koreksi karya anda.
  20. Mintalah bantuan  kepada rekan atau pembimbing untuk membaca dan mengkritis karya anda.




Panduan Bahasa dan Tata Bahasa

  1. Gunakan kata yang tepat.
  2. Gunakan kata –kata yang sederhana.
  3. Gunakan kata – kata dan contoh yang konkret.
  4. Gunakan kalimat aktif.
  5. Gunakan penegakan positif dibandingkan negatif.
  6. Hindari kualifikasi yang tidak berguna.
  7. Hindari penegakan yang tidak pasti.
  8. Hindari partisipel tanpa referen.
  9. Hindari kata ganti tanpa pendahuluan.
  10. Hindari penggunaan kata “ini” yang tidak jelas.
  11. Hindari infinitive.
  12. Hindari berbahasa yang berkecendurangan terhadap gender tertentu.




Daftar Pustaka


Sternberg, Robert J., and Karin Sternberg. The Psychologist's Companion: A Guide to Writing Scientific Papers for Students and Researchers. New York: Cambridge UP, 2010. Print.

Monday, December 8, 2014

“Decision Making in Young People at Familial Risk of Depression” Journal Review

Opening

            The lack of interest and pleasure (Anhedonia) are the cardinal symptoms of major depression and are generally used as an indication of abnormalities in reward systems. Although anhedonia symptoms starts to remit along with depression, it’s suggested that the neurobiological mechanisms which causes anhedonia could represent endophenotype kind of depression that might manifest in a change of behavior and neural changes outside of acute depressive episodes. Young people with no history of depression but at increased familial risk also have impaired neural processing of reward, particularly affecting the orbitofrontal cortex and anterior cingulate cortex. These cortical areas are known to be involved in reward-based learning.

Studies in adult patients with major depression have shown impaired decision making on reward-based task. This is also found in young children around the age of 10-11 years. This observation is consistent with a recent study using Cambridge Gambling Task (CGT). The goal of this research is to compare the differences in decision making between young people who are at familial risk and a control group who are not at risk.



Discussion

            In the study, 63 young people between the age of 16 to 20 years were recruited, with the mean age of 18.9 ±1.0 years, consisted of 39 women and 24 men. The participants does not have the risk of depression but has parents with a history of depression (FH+). In the study they are tested using SCID-I to ensure there are no personal history of depression, and the presence of major depression in a parent was assessed by the family history method using the participant as an informant. The criteria used included description of the symptoms of major depression together with the prescription of specific antidepressant treatment. This was followed up by direct verification from the affected parent (either by telephone or in writing); where parental history could not be verified, participants were excluded.

The research is done using the CGT which analyzes decision making and risk-taking behavior. The participants are shown 10 red boxes and blue boxes on top of a screen. The ratio of red to blue boxes varies between 9:1, 8:2, 7:3, 6:4 and 5:5, and vice versa in a random order. Participants are informed that a yellow token is hidden inside one of the boxes and are asked to indicate in which color box is the token most likely to be hidden, by pressing the color (RED or BLUE button). Then they are asked to gamble the points that they have from a total of 100 points for their choice. This shows how confident they are in their answers and how willing they are to risk the points that they have for a chance at a greater reward.

From the results of the study, there were no group differences of mood and anxiety states. There were group differences in IQ, which was subsequently used as a covariate. CGT performance did not differ significantly between FH+ and control participants. However, there was a significant group difference in risk taking with the FH+ participants taking fewer risks irrespective of how high or low the probability was of a favorable outcome.

Opinion

            The research about risk-taking in participants with parents who has a history of depression is interesting. From the results we can see that although the participants themselves didn’t have a personal history of depression, the FH+ group tends to take less risks compared to the control group.

From the research data itself, someone with a familial risk of depression will affect their risk-taking decisions. The study itself was done in an interesting fashion, the use of the CGT certainly helped with the data gathering, and the process of the experiment itself proved to be intriguing.



Summary

            The research about familial risk of depression is focused primarily towards young people. The study itself was done with willing participants that were divided between two groups, the FH+ group and the control group. The FH+ group being the group parents who had a history with depression, while the control group does not.

The study was done using the CGT (Cambridge Gambling Task) and focuses on taking data about the individual’s risk- taking behavior while also gathering some additional data in the process. Risk-taking behavior was measured using 10 red and blue boxes, in which one of them contained a yellow token. The participants were asked to choose which color they thought might contain the yellow token while also gambling their provided points in their decision to have a chance at a greater reward.

The results has shown that there are significant differences in risk-taking between the two groups. The FH+ group considerably less risk with their points compared to the control group. This shows the effect of familial risk of depression in young people.



References


Z. N. Mannie, C. Williams, M. Browning and P. J. Cowen. Decision making in young people at familial risk of depression . Psychological Medicine, available on CJO2014. doi:10.1017/S0033291714001482.

Friday, December 5, 2014

Sexuality: Sexual Orientation

Pendahuluan

            Sebelum memasuki topik orientasi seksual, kita harus mengetahui apakah yang dimaksud dengan sex dan apa pula yang dimaksud dengan gender. Sex adalah jenis kelamin seorang individu berdasarkan anatomi biologisnya, sebagai contoh; pria memiliki penis dan wanita memiliki vagina. Gender adalah identifikasi psikologis seorang individu terhadap kenyamanan masing – masing pada salah satu kategori jenis kelamin, (King, 2011).
            Seksualitas mempunyai subjek pembahasan yang luas, seperti disorder dalam perkembangan seksual, bertentangnya sex dan gender yang dimiliki seseorang, teori – teori perkembangan gender, psikologi perbedaan gender, dan berbagai macam hal lainnya. Dalam artikel klinis ini akan lebih mendalami apa itu yang dimaksud dengan orientasi seksual, berbagai macam orientasi seksual, faktor apa saja yang berkemungkinan berperan dalam orientasi seksual individu, dan berbagai macam subjek lain tentang topik ini.



Sexuality: Sexual Orientation

Definisi Orientasi Seksual

            Orientasi seksual adalah pola abadi emosional, romantis, dan ketertarikan seksual terhadap pria, wanita, atau keduanya. Orientasi seksual dapat pula dijadikan sebuah identitas berdasarkan ketertarikan tersebut, perilaku yang terkait, dan keanggotaan dalam sebuah komunitas berbagai individu dengan ketertarikan yang sama. Dari penelitian yang dilakukan dalam jangka berdekade – decade, telah di buktikan bahwa orientasi seksual mempunyai rangkaian kesatuan. Dalam rangkaian ini orientasi seksual biasa di diskusikan menggunakan tiga kategori, (American Psychological Association, 2008).

Kategori Orientasi Seksual

            Tiga kategori orientasi seksual itu adalah, heterosexual, homosexual, dan bisexual. Dimana heterosexual adalah ketertarikan seorang individu terhadap lawan sex, homosexual adalah ketertarikan seorang individu terhadap sex yang sama, dan bisexual adalah ketertarikan seorang individu terhadap lawan sex dan sex yang sama, (King, 2011).

Faktor – Faktor Yang Berkemungkinan Berperan Dalam Orientasi Seksual

            Tidak ada konsensus dari para ilmuwan tentang alasan paling tepat mengapa seorang individu memiliki orientasi seksual tertentu. Walau sudah banyak penelitian yang dilakukan dari segi genetis, hormonal, perkembangan, dan pengaruh sosial – kultur terhadap orientasi seksual, tidak ada penemuan yang dapat dijadikan kepastian oleh para ilmuwan untuk faktor yang mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Banyak yang berpikir bahwa nature dan nurture berperan secara kompleks dalam subjeck ini, umumnya para individu tidak merasa mereka punya pilihan dalam orientasi seksual yang mereka miliki, (American Psychological Association, 2008).

Apakah Homosexuality Termasuk Mental Disorder?

            Tidak, orientasi lesbian, gay, dan bisexual tidak termasuk disorder. Penelitian tidak menemukan hubungan yang inheren antara orientasi – orientasi seksual tersebut dengan psychopathology (The scientific study of mental disorders). Heterosexualitas dan Homosexualitas merupakan aspek normal dalam seksualitas manusia. Kedua hal tersebut telah di dokumentasikan oleh berbagai macam abad dan budaya. Penelitian berdekade dan pengalaman klinis menunjukkan bahwa berbagai macam orientasi ini merupakan aspek normal dalam kehidupan manusia, (American Psychological Association, 2008).



Daftar Pustaka


American Psychological Association. (2008). Answers to your questions: For a better understanding of sexual orientation and homosexuality. Washington, DC: Author. [Retrieved from www.apa.org/topics/lgbt/orientation.pdf.].

King, L. A. (2011). The Science of Psychology: An Appreciative View 2nd Edition. New York: McGraw - Hill.

Review Jurnal “Decision Making in Young People at Familial Risk of Depression”

Pembukaan

            Berkurangnya ketertarikan dan kesenangan (Anhedonia) merupakan salah satu gejala terbesar dalam depresi yang sudah parah dan secara umum dijadikan representasi abnormalitas di mekanisme reward pada manusia. Walau gejala anhedonia mulai hilang seiring membaiknya depresi, tersugestikan bahwa mekanisme neurobiologis yang menyebabkan anhedonia dapat menyebabkan depresi endophenotype yang muncul pada perubahan perilaku dan neural di luar periode depresi yang parah. Orang – orang muda yang tidak memiliki sejarah depresi tetapi memiliki ancaman terturunkan dari keluarga juga memiliki proses neural reward yang bermasalah, lebih tepatnya pada orbitofrontal cortex dan anterior cingulate cortex. Area – area ini diketahui mempunyai peran dalam pembelajaran yang berhubungan dengan system perilaku reward.
Penelitian pada pasien dewasa yang memiliki depresi menunjukkan gangguan dalam pemilihan keputusan yang berhubungan dengan reward. Hal ini juga ditemukan dalam anak – anak muda berusiakan 10-11 tahun. Dari penelitian yang dilakukan hasinl yang didapatkan konsisten dengan penelitian yang dilakukan menggunakan Cambridge Gambling Task (CGT). Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan  perbedaan pemilihan keputusan pada Orang – orang muda yang memiliki ancaman depresi dari keturunan dengan control group yang tidak memiliki ancaman tersebut.



Pembahasan

            Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan 63 orang muda yang berusiakan antara 16 sampai 20 tahun dengan rata – rata umur kurang lebiih 18.9 tahun dan berisikan 39 wanita dan 24 pria. Para partisipan tidak memiliki gejala depresi tetapi mempunyai orang tua yang memiliki sejarag depresi (FH+). Partisipan dalam penelitian di tes menggunakan SCID-I untuk memastikan tidak adanya sejarah depresi personal, dan depresi yang ada pada orang tua dipastikan oleh partisipan tentang sejarah kesehatan orang tua. Sejarah ini  dipastikan dengan beberapa kriteria tertentu yang menunjukkan gejala- gejala depresi yang parah pada seseorang dan juga obat – obat apa saja yang digunakan oleh individu tersebut. Kemudian dipastikan kembali dengan konfirmasi sang orang tua tentang sejarah kesehatan mereka.
            Penelitian dilakukan menggunakan CGT yang menilai perilaku pengambilan keputusan dan pengambilan resiko pada individu. Para partisipan dilihatkan 10 kotak merah dan biru di atas layar. Dengan variasi perbandingan antar merah dengan biru 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, dan sebaliknya dalam urutan acak. Mereka diberitahukan bahwa di dalam salah satu kotak tersebut ada token berwarna kuning dan diminta untuk memilih warna apa yang menurut mereka akan berisikan token tersebut dengan menekan tombol MERAH atau BIRU. Kemudian mereka diminta untuk mempertaruhkan poin yang mereka miliki, dari total poin 100, untuk pilihan tersebut. Ini menunjukkan seberapa besar keyakinan para individu terhadap jawaban mereka dan seberapa besar tekad mereka dalam mempertaruhkan poin yang mereka miliki untuk mendapatkan reward yang lebih besar dari yang dipertaruhkan.
           



Dari hasil yang didapatkan, tidak ada perbedaan suasana hati dan kegelisahaan pada partisipan. Ada perbedaan dalam IQ partisipan yang digunakan sebagai kovariat. Tidak ada perbedaan signifikan dalam pelaksanaan CGT antara control group dengan grup FH+. Pada pengambilan resiko terdapatkan perbedaan besar, dimana partisipan FH+ mengambil resiko lebih sedikit dibandingkan dengan control group. Perbedaan ini ditunjukkan dalam poin yang dipertaruhkan grup FH+ lebih sedikit dibandingkan dengan control group . Yang berartikan grup FH+ lebih sedikiti mengambil resiko dibandingkan dengan control group.



Pendapat

            Penelitian tentang pengambilan resiko dalam partisipan yang memiliki orang tua bersejarahkan mempunyai depresi ini menarik. Dari hasil yang di dapatkan, walau mereka sendiri tidak memiliki depresi, grup FH+ berkecenderungan mengambil resiko yang lebih kecil dibandingkan control group.
Dari data yang didapat, berkemungkinan bahwa keturunan dari orang tua yang mempunyai sejarah depresi memang berpengaruh dalam proses pengambilan resiko pada kehidupan para individu tersebut. Metode yang digunakan pun cukup menarik. CGT dapat digunakan untuk penelitian pengambilan resiko tetapi dalam pelaksanaannya tidak hanya itu saja yang dapat disimpulkan dari data yang didapatkan dalam penelitian ini.



Kesimpulan

            Dalam penelitian tentang resiko  keturunan dari orang tua yang mempunyai sejarah depresi ini berfokuskan terhadap orang – orang yang muda. Digunakan dua grup yaitu grup FH+ yang mempunyai orang tua dengan sejarah depresi dan control group yang tidak mempunyai sejarah tersebut.
Penelitian dilakukan menggunakan CGT yang berfokuskan terhadap pengambilan resiko. Pengambilan resiko ini diukur dengan menggunakan 10 kotak berwarna merah dan biru yang salah satunya berisikan token berwarna kuning. Partisipan diminta untuk memilih warna yang menurut mereka memiliki token tersebut di dalamnya dan kemudian mempertaruhkan poin yang dimiliki untuk berkesempatan mendapatkan reward yang lebih besar.
            Hasil dari penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pengambilan resiko antara dua grup tersebut. Dimana grup FH+ mengambil lebih sedikit resiko dibandingkan dengan control group. Hal ini memberikan gambaran efek dari resiko depresi dari keturunan, seperti dari orang tua yang memiliki sejarah depresi.



Daftar Pustaka


Z. N. Mannie, C. Williams, M. Browning and P. J. Cowen. Decision making in young people at familial risk of depression . Psychological Medicine, available on CJO2014. doi:10.1017/S0033291714001482.

Thursday, December 4, 2014

Fallacy

Kesesatan Pemikiran (Fallacia)
Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Fallacy atau Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat. Contoh kesalahan fakta:

  1. Presiden AS Barack Obama lahir di Indonesia.
  2. Ahmad lahir dg bintang gemini, maka hidupnya penuh dgn persoalan.

Kesalahan penalaran diklasifikasikan menjadi kesesatan formal dan kesesatan informal.

A.         Kesesatan Formal merupakan pelanggaran terhadap kaidah logika.
Contoh: Semua penodong berwajah seram.
Semua pengamen berwajah seram.
Jadi semua pengamen adalah penodong.

B.         Kesesatan Informal merupakan kesalahan tentang kesesatan dalam bahasa. Misalnya kesesatan diksi. Contoh:
  1. Penempatan kata depan yg keliru: Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan.
  2. Mengacau posisi subjek atau predikat: Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
  3. Ungkapan yg keliru: Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu yang lalu

Macam-macam kesesatan informal dan contohnya:


·       Amfiboli: sesat karena struktur kalimat bercabang. Mis. Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.

·       Kesesatan aksen/prosodi: sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Mis. Ada aturan ‘Anda tidak boleh mengganggu anak tetangga’. Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.


·       Kesesatan bentuk pembicaraan: sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Mis. Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.

·       Kesesatan aksiden: yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki. Mis. Sawo matang adalah warna. Org Indonesia itu sawo matang. Maka, Org Indonesia itu adalah warna.


·       Kesesatan karena alasan yg salah: Konklusi ditarik dr premis yg tak relevan.

·       Kesesatan presumsi, dibagi menjadi;
a.    Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
b.    Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat dg dosen tsb.
c.     Analogi palsu:Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dg membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
d.    Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka krn ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab krn ia merdeka.
e.    Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti org baik. Andi pasti orang baik.
f.      Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

·       Menghindari persoalan, dibagi menjadi;
a.    Argumentum ad hominem: Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
b.    Argumentum ad populum: Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
c.    Argumentum ad misericordiam: Seorg terdakwa meminta keringanan hukuman krn mengaku punya banyak tanggungan.
d.    Argumentum ad baculum: Karena beda pendapat, suka meneror org lain.
e.    Argumentum ad auctoritatem: Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
f.     Argumentum ad ignorantiam: Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
g.    Argumen utk keuntungan seseorang: Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
h.    Non causa pro causa: Org sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sbg penyebabnya.

·      Kesesatan retorsi, dibagi menjadi;
a.    Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yg dianggap benar disebut reformator. Bila tdk disenangai maka disebut anggota pemberontak.
b.    Penjelasan retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.
c.     Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
d.    Innuendo: Saya tdk mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
e.    Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok?
f.      Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
g.    Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.
h.    Lelucon/sindiran: anda pintar jika tetap merokok.
i.      Hiperbola: membesar-besarkan.
j.      Pengandaian bukti: studi menunjukkan….
k.     Dilema semu: Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi sirup.