Thursday, December 4, 2014

Fallacy

Kesesatan Pemikiran (Fallacia)
Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Fallacy atau Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat. Contoh kesalahan fakta:

  1. Presiden AS Barack Obama lahir di Indonesia.
  2. Ahmad lahir dg bintang gemini, maka hidupnya penuh dgn persoalan.

Kesalahan penalaran diklasifikasikan menjadi kesesatan formal dan kesesatan informal.

A.         Kesesatan Formal merupakan pelanggaran terhadap kaidah logika.
Contoh: Semua penodong berwajah seram.
Semua pengamen berwajah seram.
Jadi semua pengamen adalah penodong.

B.         Kesesatan Informal merupakan kesalahan tentang kesesatan dalam bahasa. Misalnya kesesatan diksi. Contoh:
  1. Penempatan kata depan yg keliru: Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan.
  2. Mengacau posisi subjek atau predikat: Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
  3. Ungkapan yg keliru: Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu yang lalu

Macam-macam kesesatan informal dan contohnya:


·       Amfiboli: sesat karena struktur kalimat bercabang. Mis. Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.

·       Kesesatan aksen/prosodi: sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Mis. Ada aturan ‘Anda tidak boleh mengganggu anak tetangga’. Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.


·       Kesesatan bentuk pembicaraan: sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Mis. Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.

·       Kesesatan aksiden: yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki. Mis. Sawo matang adalah warna. Org Indonesia itu sawo matang. Maka, Org Indonesia itu adalah warna.


·       Kesesatan karena alasan yg salah: Konklusi ditarik dr premis yg tak relevan.

·       Kesesatan presumsi, dibagi menjadi;
a.    Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
b.    Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat dg dosen tsb.
c.     Analogi palsu:Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dg membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
d.    Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka krn ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab krn ia merdeka.
e.    Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti org baik. Andi pasti orang baik.
f.      Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

·       Menghindari persoalan, dibagi menjadi;
a.    Argumentum ad hominem: Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
b.    Argumentum ad populum: Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
c.    Argumentum ad misericordiam: Seorg terdakwa meminta keringanan hukuman krn mengaku punya banyak tanggungan.
d.    Argumentum ad baculum: Karena beda pendapat, suka meneror org lain.
e.    Argumentum ad auctoritatem: Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
f.     Argumentum ad ignorantiam: Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
g.    Argumen utk keuntungan seseorang: Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
h.    Non causa pro causa: Org sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sbg penyebabnya.

·      Kesesatan retorsi, dibagi menjadi;
a.    Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yg dianggap benar disebut reformator. Bila tdk disenangai maka disebut anggota pemberontak.
b.    Penjelasan retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.
c.     Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
d.    Innuendo: Saya tdk mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
e.    Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok?
f.      Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
g.    Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.
h.    Lelucon/sindiran: anda pintar jika tetap merokok.
i.      Hiperbola: membesar-besarkan.
j.      Pengandaian bukti: studi menunjukkan….
k.     Dilema semu: Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi sirup.

0 comments:

Post a Comment