Biografi
Friedrich Nietzsche (1844–1900) adalah tokoh
filsafat dari Jerman yang menantang dasar –dasar keagamaan Kristen dan
moralitas tradisional. Ia tertarik dengan pengembangan individual dan kesehatan
kebudayaan, ia mempercayai kehidupan, kreativitas, kekuatan, dan realita –
realita dunia yang kita hidupi dibandingkan dunia selanjutnya. Pusat pemikiran
filsafat Nietzsche adalah ide “life-affirmation,” dimana dipertanyakannya
berbagai macam doktrin yang menghisap energi kehidupan, betapapun umumnya
pandangan – pandangan tersebut. Filsafat Nietzsche menginspirasikan berbagai
tokoh – tokoh pemimpin di segala macam profesi, termasuk penari, novelis,
pelukis, psikologis, filsafat, sosiologis, dan revolusioner sosial.
|
Paman dan kakek Nietzsche
adalah pastur Lutheran — cabang Kritianitas barat yang mendekati teologi
Martin Luther, dimana kakek kandung Nietzsche, Friedrich August Ludwig Nietzsche (1756–1826),
menjadi
terkenal sebagai sarjana Protestan setelah salah satu bukunya menegaskan
kekekalan kelangsungan Kristianitas.
Saat Nietzsche mendekati usia 5 tahun, bapaknya, Karl Ludwig Nietzsche
(1813-1849) meninggal akibat penyakit otak dan enam bulan kemudian, pada
tanggal (January 4, 1850) adik Nietzsche, Ludwig Joseph, yang berumurkan dua
tahun pun juga meninggal. Tragedi – tragedi ini menyebabkan keluarga Nietzsche
(yang juga dipanggil “Fritz” oleh keluarganya) meninggalkan tempat tinggal
mereka, dimana mereka berpindah ke dekat Naumburg an der Saale, dimana ia
tinggal dengan ibu, nenek, tante –tante, dan adik perempuannya.
Terinspirasi
oleh Ritschl, ia mengikuti jejaknya dan masuk ke University of Leipzig pada
tahun 1865 — sebuah institusi yang terletak lebih dekat dengan kampung
halamannya Naumburg — Nietzsce dengan cepat medirikan reputasi akademiknya
melalui essay –essaynya mengenai dua penyair abad ke 6, Theognis dan Simonides,
juga tentang Aristoteles.
Peristiwa penting yang terjadi pada Nietzsche di
tahun 1865 adalah ditemukannya buku The World as Will and Representation (1818)
oleh Arthur Schopenhauer's secara tidak sengaja di toko buku lokal. Saat itu
dia berumurkan 21 tahun. Pandangan dunia Schopenhauer yang ateistik dan
bergelora, juga disertai pujian tingginya music sebagai bentuk seni, menangkap
imajinasi Nietzsche. Setelah menemukan Schopenhauer, Nietzsche membaca History
of Materialism and Critique of its Present Significance (1866) — buku
yang mengkritisasi teori materialis dari sudut pandang kritik Kant tentang
metafisika, dan ini menarik perhatian Nietzsche terhapad pandangan bahwa
spekulasi metafisik adalh sebuah ekspresi ilusi puitis.
Pada tahun 1867, seiring mendekati ulang tahun
ke 23 nya, Nietzsche memasuki servis militer wajibnya dan ditugaskan di resimen
artileri berkuda dekat Naumburg. Ia mengalami cedera serius di dada dan
diberikan izin sakit karena tidak sembuh- sembuh. Ia kembali ke University of
Leipzig setelah kejadian itu berlalu, dan pada bulan November 1868, ia bertemu
dengan Richard Wagner (1813–1883).
|
Komplikasi terhadap kesehatan Nietzsche, yang
dari awal tidak terlalu baik, memburuk setelah tugasnya pada Agustus-Oktober
1870 sebagai petugas rumah sakit selama perang Franco-Prussian (1870-71),
dimana ia berpartisipasi dalam penyerangan Metz.Ia menyaksikan efek – efek
traumatis perang, merawat prajurit – prajurit yang terluka, dan ia terkena
penyakit difteri dan disentri.
Antusiasme
Nietzsche tentang Schopenhauer, pembelajarannya dalam bidang filologi klasikal,
inspirasinya dari Wagner, pembacaan Lange, ketertarikannya terhadap kesehatan,
keinginannya untuk membuktikan dirinya sebagai akademis muda, dan frustasinya
terhadap kebudayaan kontemporer Jerman, terpadu dalam buku pertamanya — The Birth of Tragedy (1872)
— yang diterbitkan ketika ia berumur 27 tahun. Wagner sangat memuji buku itu,
tetapi reaksi kritik oleh Ulrich von Wilamowitz-Möllendorff — seorang sarjana yang akan menjadi salah
satu tokoh filologi Jerman — (1848-1931) yang sangat tajam, menyakitkan, namun
berkuasa, langsung memahitkan resepsi buku dan juga pendaftaran – pendaftaran
pelajar kelas Nietzsche di Basel.
Dekat dengan akhir karir universitas,
Nietzsche menyelesaikan Human, All-Too-Human (1878) — buku yang
menandakan puncak ragam filsafatnya dan juga akhir pertemanannya dengan Wagner
yang bersifat anti-Semitic —ini
berartikan sifat diskriminasi terhadap kaum Yahudi, dimana ia terserang karena
karakterisasi “the artist” yang hampir tidak tersamarkan. Kondisi
kesehatan Nietzsche yang memburuk menyebabkannya untuk
mengundurkan diri dari universitas pada bulan Juni 1879, ketika ia berumur 34
tahun.
Pada pagi hari 3 Januari, 1889, ketika sedang
di Turin, Nietzsche mengalami mental
breakdown yang membuatnya menjadi cacat seumur hidupnya. Setelah rawat inap singkat di Basel, ia
dirawat di sanatorium Jena dalam Binswanger Clinic, dan pada bulan Maret 1890
ibunya membawanya pulang ke Naumburg, dimana ia hidup dirawat ibunya, Franziska (1826–1897) , selama tujuh tahun
dalam rumah yang ia kenali saat ia muda. Setelah ibunya meninggal pada tahun
1897, adiknya, Therese
Elisabeth Alexandra (1846–1935), setalah pulang dari Paraguay di tahun 1893,
dimana ia bekerja dari tahun 1886 bersama suaminya Bernhard Förster untuk
mendirikan koloni Jerman anti-Semitic yang dinamakan “New Germany” (“Nueva
Germania”) — bertanggung jawab atas keselamatan Nietzsche. Dalam rangka
mempromosikan filsafat kakaknya, ia menyewa “Villa Silberblick,” sebuah rumah
besar di Weimar, dan memindahkan Nietzsche dan kumpulan naskahnya ke rumah itu.
Rumah ini menjadi Nietzsche Archives, dimana Elisabeth menerima tamu yang ingin
mengobservasi Nietzsche, yang saat itu sudah lumpuh.
Nietzsche meninggal pada tanggal 25 Agustus,
1900, dimana ia mendekati umur 56 tahun. Ia meninggal dikarenakan pneumonia
yang terkombinasi dengan stroke. Badannya di pindahkan ke pemakaman
keluarganya, yang berada di sebelah gereja Röcken bei Lützen, dimana sekarang
ibu dan adiknya juga dimakamkan. Villa Selberblick sekarang telah menjadi
museum, dan semenjak 1950, naskah – naskah Nietzsche telah dipindahkan ke
Weimar di Goethe- und Schiller-Archiv.
Pendapat Terkenal dan Lawan Tanggapan
Tanggapan paling terkenal oleh Nietzsche adalah
pernyataan yang diutarakan di dua buku karyanya, dan pernyataan itu adalah “God
is dead.” Penangkapan makna pernyataan ini seringkali di salah pahamkan untuk
berartikan bahwa Tuhan itu benar – benar sudah mati atau sudah sudah tiadanya
Tuhan dalam arti literal. Namun,
pernyataan tersebut dipertunjukkan untuk ketergantungan dunia barat terhadap
religi sebagai pedoman moral atau sumber makna. Seperti yang ia jelaskan di
karyanya The
Gay Science (Section 125, The Madman):
“God is dead.
God remains dead. And we have killed him. How shall we comfort ourselves, the
murderers of all murderers? What was holiest and mightiest of all that the
world has yet owned has bled to death under our knives: who will wipe this
blood off us? What water is there for us to clean ourselves? What festivals of
atonement, what sacred games shall we have to invent? Is not the greatness of
this deed too great for us? Must we ourselves not become gods simply to appear
worthy of it?”
Dari
yang terkutip, karya Nietzsche mengekspresikan keprihatinannya terhadap
surutnya religi dan bertumbuhnya ateisme, dan tanpa keberadaan sosok kekuasaan
yang bermoral lebih tinggi maka dunia akan terjerumus dalam kekacauan. Pernyataan
Nietzsche ini mendorong berbagai macam tanggapan dari lawan – lawannya yang
lebih religis, dan kemudian para eksistensialis. Seperti Albert Camus, yang
berpendapat bahwa manusia tidak perlu kekuasaan yg lebih tinggi. Ia berargumen
bahwa “kematian” Tuhan tidak ada hubungannya dengan kemampuan manusia untuk
bermoral. Manusia tidak memerlukan rasa takut terhadap ancaman dari pihak kuasa
yang lebih tinggi atau murka ilahi untuk menjalani hidup yang baik dan
bermoral.
Pernyataan “God is dead” muncul dalam karya:
·
The Gay
Science (Sections 108, 125 and 343)
·
Thus
Spoke Zarathustra (Prologue and XXV)
Pelajaran dan Pendapat Tentang Tokoh
Nietzsche
adalah orang yang bersemangat mencari ilmu, sehingga ia merasa tertantang untuk
membuktikan dirinya dan juga dapat mencari inspirasi – inspirasi untuk
membantunya, tidak kah itu dari temannya sendiri seperti Wagner, guru kuliahnya
seperti Ritschl, maupun buku yang tidak sengaja ia temukan dan akhirnya mendapatkan
inspirasi dari sang penulis seperti Schopenhauer.
Ia pun tidak takut mempertanyakan apa yang telah di terima umum oleh masyarakat.
Ketika
ia mengundurkan diri dari universitas, ia berkarya lebih banyak lagi walau
situasi hidupnya saat itu bisa dibilang tidak ideal. Dan ketidak takutannya
untuk mengungkapkan pikiran di dalam karya – karyanya walau salah satu akibat
dari itu ia kehilangan salah satu teman terbaiknya.
Nietzsche
memang tokoh yang sangat menarik, kehidupannya penuh pengalaman tragedis yang mengkomplikasikan
kesehetannya sendiri, tetapi ia selalu teguh bertanggapan dengan apa yang ia
percayakan, dan ia banyak berkarya sebagai outlet pendangan dan perasaannya.
Statement paling terkenalnya pun, “God is dead”, sangat menarik, karena ia
dibesarkan di lingkungan religis hingga iapun sempat mempelajari teologi walau
akhirnya ia memilih untuk menguasai filologi. Pernyataan tersebut menurut saya
sangat kontroversial karena memang mayoritas manusia di bumi memegang religi
sebagai pedoman, sehingga ketika masyarakat mendengar pernyataan itu mereka
terpicu untuk memikirkan dan mengutarakan berbagai macam pemikiran dan pendapat
yang mereka miliki.
Daftar
Pustaka
Wicks, Robert, "Friedrich Nietzsche", The Stanford
Encyclopedia of Philosophy (Spring 2013 Edition),Edward
N. Zalta (ed.),
Web. 15 Oct. 2014. http://plato.stanford.edu/archives/spr2013/entries/Nietzsche/.
"God Is Dead." Friedrich
Nietzsche: '' { Philosophy Index }. Web. 15 Oct. 2014. http://www.philosophy-index.com/nietzsche/god-is-dead/
"Friedrich NietzscheGod Is Dead Quote." God Is Dead Friedrich
Nietzsche Death of God Quotes. Web. 15 Oct. 2014. http://www.age-of-the-sage.org/philosophy/friedrich_nietzsche_quotes.html
"FRIEDRICH NIETZSCHE (1844–1900)." SparkNotes. SparkNotes, Web. 15
Oct. 2014. http://www.sparknotes.com/philosophy/nietzsche/
halo Ado, menurut anda benarkah pernyataan "God is dead" dari Friedrich Nietzsche?
ReplyDeleteKurang setuju Van. Soalnya menurut dia, tanpa Tuhan atau konsep Tuhan dunia akan terjadi kekacauan di dalam masyarakat. Kalo ditanya si aku lebih setuju sama Albert Camus walaupun sama dia pun gak 100% setuju.
DeleteThanks for the question!
Isinya menarik, menambah pengetahuan saya tentang ketuhanan, terlebih tentang pendapatnya yg terkenal bahwa 'God is dead'. terimakasih :)
ReplyDeleteBagus.. saya jadi lebih tahu tentang Friedrich Nietzsche. Terima kasih :)
ReplyDelete